
How it all started
Membicarakan tumbuhnya sebuah Jemaat Kristen tidak lepas daripada adanya unsur “benih” : kualitas “benih” kualitas “lahan” kualitas “pupuk” kualitas “penggarap”. Sebab unsur-unsur tersebut di atas menjadi penentu/pendorong terhadap pertumbuhannya. Secara logika ini menjadi harapan yang menjanjikan.
Benih/Biji Sesawi
Dengan datangnya 3 (tiga) keluarga ke Sidareja, yaitu keluarga Hock Kwan dari Ajibarang, keluarga Betty dari Purwokerto dan keluarga Ismail Martadiwireja dari Pengalusan Purbalingga. Biarpun keluarga-keluarga ini sudah lepas dari Pengalusan Purbalingga Gereja induknya, tetapi tidak lepas dari pada imannya kepada Tuhan Yesus. Kepindahan mereka ke tempat baru (Sidareja) adalah untuk bekerja yang ada kaitannya dengan usaha dagang (bisnis).
Kegiatan Mereka
Kegiatan mereka di tempat baru yang sangat sibuk dengan usaha perdagangannya, tetapi tidak mengurangi arti daripada menjadi “benih” yang sedang dipakai oleh Tuhan Yesus. Setiap waktu mengadakan persekutuan doa, terlebih pada hari Minggu. Rupa-rupanya kegiatan mereka dibidang usaha perdagangan dan dibidang rohani mendapat aplaus positif baik daripada “karyawan”nya dan lingkungannya. Sebagai bunga yang mulai merekah, memberi rangsang terhadap peminatnya. Selayaknyalah para “benih-benih” memberi rangsang kepada Badan Zending yang ada di Purwokerto (Ds Rullman cs.).
Sarana
Kegiatan mereka di tempat baru yang sangat sibuk dengan usaha perdagangannya, tetapi tidak mengurangi arti daripada menjadi “benih” yang sedang dipakai oleh Tuhan Yesus. Setiap waktu mengadakan persekutuan doa, terlebih pada hari Minggu. Rupa-rupanya kegiatan mereka dibidang usaha perdagangan dan dibidang rohani mendapat aplaus positif baik daripada “karyawan”nya dan lingkungannya. Sebagai bunga yang mulai merekah, memberi rangsang terhadap peminatnya. Selayaknyalah para “benih-benih” memberi rangsang kepada Badan Zending yang ada di Purwokerto (Ds Rullman cs.).
Situasi Jaman
Kehadiran Jepang bukan membasahi benih yang sudah tumbuh dan sudah mekar akan tetapi justru mendatangkan hama yang cukup berbahaya. Namun demikian para penyiram benih yang sudah tumbuh itu tidak layu niatnya, dan adanya kesulitan yang silih berganti tidak mematahkan tegaknya batang tubuh yng melahirkan Jemaat Kristen Jawa. Jaman yang penuh kesulitan dan kesusahan ini menjadi ujian dan pengalaman dalam menghadapi masa depan menuju jemaat yang dewasa, penuh tanggungjawab. Ternyata Jepang tidak lestari bercokol di Indonesia. Bergantian kekuasaan dari Jepang ke Republik Indonesia yang akan dirasakan memberi harapan baik bagi semua lapisan masyarakat, ternyata masih diganggu oleh Belanda yang masih mengejar/ambisi ingin menguasai kembali.
Penutup
GKJ Sidareja tahun 2018 melaksanakan program renovasi dan pembangunan Gedung Gereja Induk, dan hingga saat ini ditahun 2022 proses renovasi dan pembangunan masih berjalan hingga target bisa selesai di tahun 2024, kiranya Tuhan memampukan sehingga program tersebut dapat berjalan dengan baik. GKJ Sidareja saat ini mempunyai ladang yang tumbuh menjadi tanaman serta membuahkan beberapa buah kelompok/wilayah saat ini diakhir tahun 2021 yaitu: Kelompok Sindeh, Kelompok Sidamulya DSK, Kelompok Sidareja, Kelompok Guntingsari, Kelompok Nusadadi, Kelompok Cipari, Kelompok Cipriyuk-Mulyasari, Kelompok Jatmika, Kelompok Tambaksari, Kelompok Sidanegara. Adapun Jumlah Warga Gereja pada saat ini akhir tahun 2021 adalah: Warga Dewasa berjumlah 245 (Laki-laki=95, Perempuan=150), Warga Anak/Remaja berjumlah 418 (Laki-laki=205, Perempuan=213).